FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KESULITAD BELAJAR ANAK DAN CARA MENGATASINYA
Dosen Pembimbing: Edwin Firman Sjafrial, M.Pd.I
Oleh: Dumyati
BAB II
PEMBAHASAN
Dunia pendidikan
mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan
untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari
faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan
kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara
preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin.
Berkait dengan kegiatan diagnosis,
secara garis besar dapat diklasifikasikan ragam diagnosis ada dua macam, yaitu
diagnosis untuk mengerti masalah dan diagnosis yang mengklasifikasi masalah.
Diagnosa untuk mengerti masalah merupakan usaha untuk dapat lebih banyak mengerti
masalah secara menyeluruh. Sedangkan diagnosis yang mengklasifikasi
masalahmerupakan pengelompokan masalah sesuai ragam dan sifatnya. Ada masalah
yang digolongkan kedalam masalah yang bersifat vokasional, pendidikan,
keuangan, kesehatan, keluarga dan kepribadian. Kesulitan belajar merupakan
problem yang nyaris dialami oleh semua siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan
suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan
tertentu untuk menggapai hasil belajar.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ada dua
faktor, pertama faktor internal yakni, keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa
dan kedua faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan/di luar diri siswa.
Faktor
Internal (keadaan siswa)
Faktor internal
terdiri dari dua faktor, yakni:
a)
Faktor fisiologis, yaitu meliputi segala hal yang berhubungan dengan
keadaan fisik/jasmani individu seseorang, dan pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap kemampuan belajar seseorang. Faktor tersebut meliputi kondisi fisik
yang normal dan kondisi kesehatan fisik
Menurut Noehi
Nasution, dkk. dalam Syaiful Bahri Djamarah, bahwa, “orang yang dalam keadaan
segar jasmaninya berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan”.
Anak-anak yang kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar
menerima atau memperhatikan pelajaran.
b) Faktor Psikologis. Belajar pada
hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi
psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor tersebut adalah:
1. Minat dan
Usah
Menurut Slameto
bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin
kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Inteligensi
(kecerdasan)
Menurut Wechler
dalam Dimyati dan Mudjiono, bahwa inteligensi adalah suatu kecakapan global
atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara
baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi
aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
Bakat.
Disamping
inteligensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan
hasil belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Bakat adalah “salah satu
kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia
itu ada”.[4]
Motivasi adalah
“daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa
berasal dari dalam diri dan juga dari luar”. Motivasi yang berasal dari dalam
diri (intrinsic) yaitu dorongan yang datang dari sanubari, umumnya karena
kesadaran akan pentingnya sesuatu at-au dapat juga karena dorongan bakat
apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal
dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar (lingkungan),
misalnya dari orang tua, guru teman-teman dan anggota masyarakat. Seseorang
yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya
dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan
motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang
berhubungan dengan pelajaran. Jadi kuat lemahnya motivasi seseorang turut
mempengaruhi keberhasilannya.
Konsentrasi
Belajar.
Menurut Thursan Hakim, bahwa konsentrasi adalah “merupakan suatu
kemampuan untuk memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca-indra
ke satu objek di dalam suatu aktivitas tertentu, dengan disertai usaha untuk
tidak memedulikan objek-objek lain yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas
itu”.
Pemusatan
perhatian (fokus) tertuju pada objek/isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya, dan tidak terpengaruh dengan sekelilingnya. Konsentrasi sangat
mempengaruhi proses belajar seseorang, apabila konsen-trasi menurun tentu
menggangu belajarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Rooijakker dalam Dimyati
dan Mudjiono, mengatakan bahwa “kekuatan perhatian selama 30 menit telah
menurun”. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan selama
beberapa menit.
Kematangan
dan Kesiapan.
Kematangan merupakan suatu “tingkatan atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, di mana seluruh organ-organ biologisnya sudah siap untuk melakukan
kecakapan baru”. Misalnya siap anggota tubuhnya untuk belajar. Dalam konteks
proses pembelajaran, kesiapan untuk belajar sangat menentukan aktifitas belajar
siswa. Siswa yang belum siap belajar, cenderung akan berprilaku tidak kondusif,
sehingga pada gilirannya akan mengganggu proses belajar secara keseluruhan.
Seperti siswa yang gelisah, ribut (tidak tenang) sebelum proses belajar dimulai.
Jadi kesiapan amat perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar, karena
jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan
lebih baik. Kesiapan juga erat hubungannya dengan minat.
2.
Faktor Eksternal Siswa
a) Faktor
Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah
“ayah, ibu, dan anak-anak serta family yang menjadi penghuni rumah”. Faktor
lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam
menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor
pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang
tua adalah penanggung jawab keluarga. Dalam pendidikan keluarga menjadi suatu
kebutuhan yang mendasar, sebab keluarga adalah awal dimana anak mengenal dengan
orang lain dan dirinya sendiri, serta pertama-tama mendapatkan pendidikan,
yaitu pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tuanya dan merupakan kewajiban
yang bersifat kodrati dan bersifat agamis. Hal ini diterangkan dalam Firman
Allah surah at-Tahriim ayat 6 yang artinya“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”
Ayat tersebut,
jelas peran orang tua di lingkungan keluarga sangat memegang kunci. Kalau dari
awal proses belajar dan perkembangan anak tetap tercurah oleh para orang tua,
maka tercipta kondisi yang ideal bagi terwujudnya pola pikir anak ke arah
pembelajaran yang baik
b) Faktor
Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah
lembaga formal terjadinya proses belajar mengajar. Selain pendidikan dalam
keluarga, pendidikan di sekolah diperoleh seseorang secara teratur, sistematis,
bertingkat mulai TK sampai keperguruan tinggi.
Salah satu yang
menunjang keberhasilan belajar seseorang di sekolah adalah:
1. Adanya
kurikulum yang baik, yakni kurikulum sesuai dengan kemampuan siswa, sedangkan kurikulum
kurang baik adalah kurikulum terlalu padat, di atas kemampuan siswa.
2. Sarana
prasarana, yakni lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi
pembelajaran yang baik, karena adanya gedung sekolah dengan lengkap fasilitas
belajar, seperti buku pegangan anak, ruang ibadah, laboratorium dan lain-lain.
Jadi adanya kelengkapan fasilitas dan sarana dapat mempengaruhi kegiatan
belajar anak. Anak didik dapat belajar dengan baik apabila suatu sekolah
memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik.
3. Tata tertib
dan disiplin. Menurut Thursan Hakim bahwa salah satu yang paling mutlaq harus
ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah adanya “tata tertib
dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten”. Disiplin tersebut
harus ditegakkan secara menyeluruh, dari pimpinan sekolah yang bersangkutan,
para guru, siswa sampai karyawan sekolah lainnya. Dengan cara inilah dapat
mempengaruhi prestasi belajar para siswa. Sebaliknya apabila dalam suatu
sekolah tidak ada tata tertib dan kedisiplinan maka proses belajar tidak
berjalan dengan baik, dan akhirnya prestasi siswa pun kurang baik.
4. Guru. Guru
adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut
berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang
pembangunan. Guru yang baik adalah guru yang profesional, mengajar sesuai
dengan keahliannya. Apabila kurang ahli dalam bidang pelajaran tertentu, maka
jadi sasarannya adalah siswa, yang kurang menguasai dengan materi. Jadi guru profesional
di sini dalam interaksi belajar mengajar diantaranya adalah sebagai berikut:
c) Faktor
Lingkungan Masyarakat
1. Kegiatan
siswa dalam masyarakat, yakni kegiatan siswa dalam masyarakat dapat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi kalau kegiatan siswa
terlalu banyak maka akan terganggu belajarnya, karena ia tidak bisa mengatur
waktu.
2. Media Massa,
yang dimaksud dalam media massa adalah bioskop, radio, TV, surat kabar,
buku-buku, komik. Dan lain-lain. Media massa yang baik akan memberi pengaruh
yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya media massa
yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa.
3. Teman
bergaul. Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya
daripada yang kita duga. Teman yang baik membawa kebaikan, seperti membawa
belajar bersama, dan teman pergaulan yang kurang baik adalah yang suka
begadang, pecandu rokok, minum-minum maka berpengaruh sifat buruk juga.
4. Bentuk
kehidupan masyarakat, yakni apabila kehidupan masyarakat yang terdiri dari
orang-orang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi
dan moralnya baik. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang tidak terpelajar,
penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh
jelek kepada anak yang berada dilingkungan itu.
Jadi dalam suatu diagnosis kesulitan
belajar psti dapat di atasi dengan cara – cara yang memungkinkan untuk
mengatasinya. Apakah kesulitan belajar dan bagaimanakah cara mengatasinya dan
melalui apakah cara – cara yang tepat untuk mengatasinya?
a.Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka
ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan
berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa
yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar
siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di
bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup
pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning
disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities.
Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
b. Diagnostik mengatasi kesulitan
belajar
Belajar pada dasarnya merupakan
proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk
perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar
seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh
perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa
siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil
belajar. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan,
akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah
bagi perkembangan pribadinya.
Menghadapi masalah itu,
ada kecendrungan tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Seseorang
mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. Ia
tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada pula seseorang yang tampak
seolah tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang dihadapinya cukup berat.
Atas kenyataan itu,
semestinya sekolah harus berperan turut membantu memecahkan masalah yang
dihadapi siswa. Seperti diketahui, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
sekurang-kurangnya memiliki 3 fungsi utama. Pertama fungsi pengajaran, yakni
membantu siswa dalam memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan.
Kedua, fungsi administrasi, dan ketiga fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan
bantuan khusus kepada siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri
dan integrasi sosial yang lebih baik, sehingga dapat menyesuaikan diri baik
dengan dirinya maupun dengan lingkungannya.
Setiap fungsi pendidikan
itu, pada dasarnya bertanggung jawab terhadap proses pendidikan pada umumnya.
Termasuk seorang guru yang berdiri di depan kelas, bertanggung jawab pula atau
melekat padanya fungsi administratif dan fungsi pelayanan siswa. Hanya memang
dalam pendidikan, pada dasarnya sulit memisahkan secara tegas fungsi yang satu
dengan fungsi yang lainnya, meskipun pada setiap fungsi tersebut mempunyai
penanggung jawab masing-masing. Dalam hal ini, guru atau pembimbing dapat
membawa setiap siswa kearah perkembangan individu seoptimal mungkin dalam
hubungannya dengan kehidupan sosial serta tanggung jawab moral. Salah satu
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan
peranannya ialah kegiatan evaluasi. Dilihat dari jenisnya evaluasi ada empat,
yaitu sumatif, formatif, penempatan, dan diagnostik.
c. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya
guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara
umum
d. Model Pembelajaran
Dalam mengimplementasikan Kurikulum
Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model
pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis
Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif
(Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning);
dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction). Sementara itu,
Gulo (2005) memandang pentingnya strategi pembelajaran inkuiri (inquiry).
E. Mengatasi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan masalah
yang cukup kompleks dan sering membuat orangtua bingung mencari
penyelesaiannya. Kesulitan belajar banyak ditemukan pada anak usia sekolah.
Pola belajar anak, memang dibentuk saat di sekolah dasar. Sesuai dengan masanya
ia mengalami perkembangan mental dan pembentukan karakternya. Di masa kini anak
tidak hanya belajar menghitung, membaca, atau menghafal pengetahuan umum, tapi
juga belajar tentang tanggung jawab, skala nilai moral, skala nilai prioritas
dalam kegiatannya.
Masalah disiplin juga
tidak kalah pentingnya. Anak-anak sejak kecil sudah harus ditanamkan disiplin.
Jika, tidak sangat menentukan perkembangan karakter anak tersebut. Di dalam
kebudayaan Bugis-Makassar ada istilah macanga-canga atau memandang enteng
persoalan. Sering menunda-nunda jadwal belajar.
Dalam menghadapi perilaku anak
seperti ini, dalalm artikel Ibu Anak disebutkan setidaknya ada tiga hal yang
harus diperhatikan. Namun, sebelum memperhatikan hal tersebut, orangtua
hendaknya tidak mudah jatuh iba sehingga mengambil alih tugas anak. Tentu
dengan tujuan meringankan agar mereka bisa mengerjakan pekerjaan rumah
misalnya.Sekali lagi orangtua tidak dianjurkan membantu anak dengan cara
mengambil alih, tapi bagaimana menuntun anak agar pekerjaan rumah dikerjakan
sendiri dalam situasi menyenangkan.
Kesulitan dalam
pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para
pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap
permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui media klinik
pembelajaran. Klinik Pembelajaran merupakan wadah bagi guru untuk melakukan
serangkaian upaya yaitu kegiatan refleksi, penemuan masalah, pemecahan masalah
melalui beragam strategi untuk meningkatkan ketrampilan dalam mengelola
pembelajaran. Strategi utama yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Karena Klinik
Pembelajaran merupakan milik bersama para guru, maka tempat ini dapat digunakan
dengan bebas untuk berdiskusi, melakukan refleksi atau merenung tentang proses
pembelajaran yang telah dijalani, bersimulasi, misalnya bagaimana cara
mengajarkan suatu konsep dengan menyenangkan, dan membuat catatan bersama-sama
dengan teman sejawat. Di Klinik Pembelajaran, para supervisor akan membantu
dalam melakukan berbagai kegiatan tersebut.
Dalam klinik pembelajaran analisis
kesulitan pembelajaran dapat dilalui dengan identifikasi kesulitan belajar,
mengadakan diagnosis kesulitan belajar, melakukan bimbingan dan konseling
belajar, dan kemudian menetapkan model pembelajaran serta mengatasi kesulitan
belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Rajawali Pers. 2009.
2. Drs. Sumadi Suryabrata, B,A., MA., Edi., Ph.D, Psikologi
Pendidikan. Jakarta. 2008
4. Sutikno, Sobry. Belajar dan pembelajaran “Upaya Kreatif dalam
Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil”. Bandung: Prospect. 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar