Terima Kasih Dan SELAMAT DATANG Anda Telah Mengunjungi Alamat Kami

Senin, 23 April 2012

PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS INSTRUMEN

PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS INSTRUMEN
Dosen Pembimbing: Pak Fujianto, M.Pd.I

BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran tingkat satuan pendidikan merupakan wujud pelaksanaan kurikulum tigkat satuan pendidikan yang mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistam yang terdiri dari beberapa unsur yang sistematis yaitu masukan, proses dan keluaran atau hasil. Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi karakterisitik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakterisitik dan kesiapan pendidik, kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung.
Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada evaluasi pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan stratategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakan dan minat, sikap, serta cara belajar peserta didik. Eveluasi pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain menggunakan instrument-instrument evaluasi dapat berupa tes dan nontes untuk melakukan pengukuran hasil belajar sebagai prestasi belajar, dalam hal ini penguasaan kompetensi oleh setiap peserta didik. 
RUMUSAN MASALAH
A.  Apa yang dimaksud dengan instrumen evaluasi?
B.  Prinsif-prinsif evaluasi?
C.  Langkah-langkah pembuatan instrumen evaluasi?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Apa yang dimaksud dengan instrumen evaluasi
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Instrumen dapat dibagi dua yaitu:
1. Tes
Yang termasuk dalam kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes kemempuan akademik.
a.       Pengertian Tes
Menurut Sudijono dalam Djali dan Muljono (2008), tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.
Tes sebagai alat penilaian pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.
A.    Tes Uraian (tes subjektif)
Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan alat penilaian yang hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
2.      Tes objektif
Soal-soal bentuk objektif dikenal ada beberapa bentuk yakni:

a.      Bentuk jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau symbol. Ada dua bentuk jawaban singkat yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak langsung
b.      Bentuk soal benar-salah
Bentuk soal benar-salah addalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pertanyaan dimana sebagian dari pertanyaan yang benar dan pertanyaan yang salah
c.       Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pertanyaan yang parallel yang berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berupa soal-soal dan sebelah kanan adalah jawaban yang disediakan. Tapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan lebih banyak dari soal karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab yang betul dengan hanya menebak.
d.      Bentuk soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.
Fungsi Tes
Beberapa fungsi tes diantaranya:
-          Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa dengan maksud untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu.
-          Sebagai motivator dalam pembelajaran, dengan adanya nilai sebagai umpan balik diharapkan meningkatnya intensitas kegiatan belajar.
-          Berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran
-          Untuk menentukan barhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
-          Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis dan sistematis;
-          Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving);
-          Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sihingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.
Dipihak lain kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah:
-          Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif  yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan;
-          Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya.
-          Tes ini biasanya kurang reliable, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relative besar.
2. Non-tes
Yang termasuk dalam kelompok non-tes ialah skala sikap, skala penilaian, pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, pemeriksaan dokumen dan sebagainya.
a.       Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan obyek pengamatan. Ada tiga jenis observasi, yakni:
1.      Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
2.      Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakasanakan dengan menggunakan alat seperti mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit.
3.      Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan  dengan cara  pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati
b.      Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan Tanya jawab baik secara lisan, sepihak, berhadapan muka, walaupun dengan arah serta tujuan yang telah dilakukan
Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan wawanncara bebas. Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah di siapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternative jawaban yang telah dibuat. Keuntungannya ialah mudah di olah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan. Sedangkan untuk wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya ialah informasi lebih padat dan lengkap sekalipun kita harus bekerjakeras dalam menganalisisnya sebab jawabanya bias beraneka ragam.
Sebelum melaksanakan wawancara perlu di rancang pedoman wawancara,dengan langkah-langkah sebagai berikut ;
a)      Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara
b)      Tentukan aspek-aspek yang akan di ungkap dari wawancara tersebut
c)      Tentukan bentuk pertanyaan yang akan di gunakan.
c.       Angket (Kuesioner)
Data yang dihimpun melalui angket biasanya data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran.
d.      Pemeriksaan Dokumen
Untuk mengukur kemajuan belajar siswa dapat juga dilakukan dengan tanpa pengujian tetapi dengan cara melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai kapan siswa itu diterima di sekolah tersebut, darimana sekolah asalnya, apakah siswa tersebut pernah tinggal kelas, apakah ia pernah meraih kejuaraan sebagai siswa yang berprestasi di sekolahnya.
B.     Prinsip-Prinsip Evaluasi
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi menurut Suharsimi, yaitu adanya triangulasi hubungan erat tiga komponen, yaitu antara tujuan pembelajaran, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), dan evaluasi. Begitu juga menurut Ngalim Purwanto, ia berpendapat bahwa hubungan antara proses belajar mengajar, tujuan, dan prosedur evaluasi saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya.
Kemudian evaluasi juga harus mengacu kepada tujuan yang telah dirumuskan serta bertujuan untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Begitu juga dengan hubungan antara KBM dan evaluasi, yaitu dalam melakukan evaluasi harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa KBM dan evaluasi sama-sama harus merujuk pada tujuan, tujuan juga menyesuaikan KBM serta dijadikan tolak ukur dalam melakukan evaluasi.
Mengenai prinsip-prinsip evaluasi Daryanto dan Suke Silvesius mempunyai pendapat yang sama, mereka menyatakan ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Menurut mereka, agar evaluasi dapat berjalan seperti yang diharapkan, maka prosedur evaluasi diikuti dan teknik evaluasi diterapkan dan dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1.      Keterpaduan
2.      Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intrusional pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengjaran.
3.      Keterlibatan peserta didik.
4.      Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.
5.      Koherensi.
6.      Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
7.      Pedagogis.
8.      Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa.
9.      Akuntabel.
10.  Hasil evaluasi haruslah menjadi aalat akuntabilitas atau bahan pertnggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seeprti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya.
C.     Langkah-langkah Penyusunan Instrumen
            Beberapa langkah penyusunan instrument dan saya akan menjelaskan beberapa dari langkah tersebut antara lain:
a.       Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknik apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb).
b.      Pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan).
c.       Verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb).
d.      Pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistik atau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS ).
e.       Penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.
f.       Setiap menyusun instrumen penilaian terlebih dahulu harus ditentukan ruang lingkup kemampuan dan kemampuan esensial yang akan diukur pada suatu kompetensi dasar. Ruang lingkup kemampuan dan kemampuan esensial yang akan diukur ditentukan dengan mengacu pada indikator-indikator pencapaian kompetensi yang dibuat.
g.      Setelah ditentukan ruang lingkup kemampuan dan kemampuan esensial yang akan diukur, selanjutnya penyusunan instrumen mengacu pada indikator pencapaian aspek-aspek kompetensi yaitu aspek pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, pemecahan masalah yang terdapat pada Peraturan Dirjen Dikdasmen tertanggal 11 November 2004 tentang Bentuk dan Spesifikasi Buku Laporan Perkembangan Anak Didik dan Buku Laporan Hasil Belajar Siswa.
h.      Indikator penulisan butir soal atau indikator soal dibuat dalam rangka menyusun suatu perangkat tes yang akan digunakan untuk ulangan umum atau ulangan harian. Pada umumnya suatu perangkat tes (khususnya pada ulangan umum) mengukur beberapa macam kemampuan (kompetensi dasar). Agar representatif maka perlu dibuat pemetaan berupa kisi-kisi tes. Indikator soal menjadi bagian dari kisi-kisi tes. Mengapa perlu dibuat indikator soal? Perlu diingat bahwa sebelum perangkat tes digunakan, maka lazimnya dilakukan tela’ah dan uji coba. Indikator soal menjadi acuan penting dalam tela’ah butir-butir soal oleh pihak lain. Kecuali itu, ada kalanya penulis butir soal bukan penyusun kisi-kisi tes. Siapapun penulis butir soal, maka adanya indikator soal akan lebih menjamin dihasilkannya butir soal dengan kualitas yang relatif sama.

Kesimpulan
Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi.
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan, bahwa dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik itu tidak hanya dapat dilakukan dengan menggunakan alat berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengikutnya.
Diantara bentuk-bentuk instrumren evaluasi non-tes adalah wawancara (interview), pengamatan (observation), angket (questionere), studi kasus, dan pemeriksaan dokumne (documentary analysis).

PENUTUP
Demikian makalah mengenai instrument evaluasi yang dapat pemakalah sajikan. Namun, pemakalah juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat pemakalah harapan demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca yang budiman.












DAFTAR PUSTAKA
Ø  Sudijono,Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 76.
Ø  Widoyoko,S. Eko Putra, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Didik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar: 2009), hlm. 104.
Ø  Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

2 komentar: