METODE QIRO’
Dosen Pembimbing: Ust Saiful Anam, Lc
Oleh: Dumyati
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak
cara yang ditempuh agar seseorang memperoleh pengetahuan. Salah satunya yang
paling sering dilakukan adalah melalui membaca. Ini tampaknya lebih menekankan
pengertian membaca sebagai kegiatan seseorang untuk memperoleh pengetahuan
melalui sumber-sumber tekstual, seperti buku, artikel, koran dan sebagainya,
dengan menggunakan mata atau pandangan sebagai alat utamanya. Jika diperluas
lagi, pengertian membaca di sini sebenarnya tidak hanya persepsi visual
terhadap bentuk rangkaian kata-kata (verbal) tetapi juga dapat berbentuk
simbol-simbol lainnya, seperti angka, gambar, diagram, tabel yang di dalamnya
memiliki arti dan maksud tertentu.
Yang
dimaksud membaca ialah menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan
perantaraan tulisan (gambar dari bahasa yang dilisankan). Tujuannya ialah
menangkap bahasa yang tertulis dengan tepat dan teratur. Seseorang dapat mengenal suatu objek, ide
prosedur konsep, definisi, nama, peristiwa, rumus, teori, atau kesimpulan.
Bahkan lebih dari itu, melalui aktivitas membaca seseorang dapat mencapai
kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti menjelaskan, menganalisis, hingga
mengevaluasi suatu objek atau kejadian tertentu.
RUMUSAN MASALAH
a.
Defenisi metode qiro’ah ?
b.
Macam-macam qiro’ah ?
c.
Ada berapakah Metode qiro’ah ?
BAB II
PEMBAHASAN
Kata Qiro’ah berasal dari akar kata
qoro’a-yaqro’u, qiro’atan yang artinya membaca, bacaan. Secara
bahasa kata ini berasal dari ayat pertama dari wahyu Al-Qur’an, yakni “iqro”.
Kata “iqro” dalam ayat tersebut adalah “fiil amr” mengandung arti perintah
untuk membaca. Perintah iqro’ ini dilanjutkan dengan kalimat berikutnya yakni bismirobbikalladzi
kholaq, kholaqol insane min alaq. Yakni membaca dengan dasar atau
kerangka “ismi rabb” (Allah sebagai Rabb). Makna iqro’/qiro’ah dalam ayat
tersebut bukan sebatas harfiah yakni membaca suatu tulisan (saja), tetapi suatu
perintah untuk membaca, meneliti, dan memahami. Sedangkan obyek yang harus
dibaca adalah tentang manusia sebagai makhluk dan Allah sebagai kholiq (rabb).
Jadi, perintah qiro’ah menurut ayat tersebut
mengandung makna proses membaca, meneliti (mengkaji) dan memahami (mengenal) segalas sesuatu tanpa batas.
Maka dari itu kita diharuskan untuk membaca, karena membaca
adalah kunci ke gudang ilmu. Ilmu yang tersimpan dalam buku harus digali
dan dicari melalui kegiatan membaca. Keterampilan membaca menentukan hasil
penggalian ilmu itu. Karena itu dapat dikatakan keterampilan membaca sangat
diperlukan dalam dunia modern.
Berdasarkan arti membaca tersebut, pengertian membaca mencakup dua hal.
Pengertian yang pertama yaitu membaca teks-teks yang terurai dari huruf demi
huruf kemudian membentuk kata lalu terangkai dalam kalimat dan padu dalam
paragraf. Pengertian yang kedua yaitu membaca fenomena-fenomena yang terjadi di
alam semesta. Membaca sesuai pengertian ini misalnya memikirkan bagaimana
terjadinya siang dan malam, peredaran planet mengelilingi matahari, dan
penciptaan mahkluk.
Terdapat
beberapa alasan mengapa kita harus senantiasa membaca. Pertama, membaca
sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Kedua, membaca merupakan
sarana pergaulan. Ketiga, membaca merupakan salah satu sarana hiburan. Keempat,
membaca dapat mendatangkan rezeki. Kelima, membaca dapat menjadi sarana
mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa. Keenam, membaca sebagai sarana
koreksi diri. Membaca
adalah aktivitas memahami, menafsirkan, mengingat, lalu yang terakhir adalah
menuliskannya kembali berdasarkan analisis fikiran kita sendiri.
Menurut
Pawit M. Yusuf dalam kegiatan seminarnya tentang Indeks Baca di Jurusan Ilmu
Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran,
membaca adalah berfikir. Tidak ada manusia yang hidup tanpa berfikir, karena
sebagai mahkluk sosial ia selalu menghadapi berbagai masalah yang perlu
dipecahkan.
Apa
yang diketahui orang melalui kegiatan membaca pada hakikatnya adalah informasi.
Artinya dengan membaca ia mendapatkan sejumlah informasi yang dalam keadaan
tertentu bisa mempengaruhi sikap dan pandangan-pandangannya tentang perilaku
kehidupannya. Sikap bisa berubah karena adanya terpaan informasi, kata Krech,
dkk, (1968). Demikian pula kata Dwyer (1978) bahwa perilaku manusia bisa
berubah karena membaca, meskipun membaca sebenarnya bukan satu-satunya faktor
yang turut mempengaruhi sikap seseorang.
Melalui
membaca orang bisa menjelajahi batas-batas ruang dan waktu. Peristiwa-peristiwa
yang jauh terjadinya di masa lampau bisa diketahui melalui membaca. Demikian
pula pristiwa yang terjadi di berbagai tempat di dunia ini bisa diketahui
melalui membaca. Dengan demikian yang namanya membaca mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam kehidupan manusia.
Adalah hal keliru jika memandang aktifitas membaca
seolah-olah hanya “milik orang-orang sekolahan”, sehingga orang-orang yang
tidak bersekolah dianggap tidak perlu lagi melakukan aktifitas membaca. Membaca
pada dasarnya milik semua orang dan siapapun dapat melakukannya. Demikian juga
dengan bahan yang dibacanya, tidak hanya berhubungan dengan hal-hal yang “serba
serius”, dalam arti memerlukan proses kognisi tingkat tinggi, tetapi juga dapat
berupa hal-hal yang ringan dan sederhana untuk sekedar memenuhi rasa ingin tahu
seseorang, misalnya untuk memperoleh informasi tentang hasil pertandingan sepak
bola, atau peristiwa-peristiwa lainnya yang terjadi pada suatu saat tertentu.
Di
dalam buku Menjadi Guru Merdeka terjemahan dari A Pedagogy For Liberation
Dialogues On Transforming Education, karangan Ira Shor dan Paulo Freire,
makna membaca menurut Paulo Freire bukan sekedar berjalan atau melayang di atas
lintasan kata-kata. Membaca adalah menuliskan kembali apa yang dibaca. Membaca
adalah menemukan hubungan antara teks dan konteks dari teks bersangkutan, dan
bagaimana menghubungkan antara teks atau konteks dengan konteks pembacanya.
Di
Amerika pada masa lampau, kecepatan membaca perlu diukur, bahkan sampai
dibuatkan rumus segala. Membaca seolah suatu kegiatan yang perlu kecepatan,
seperti seorang berlari menuju finish. Namun dalam perkembangan selanjutnya,
ternyata kecepatan membaca itu tidak harus selalu sama, tetapi fleksibel.
Adakalanya kita harus cepat, adakalanya perlu memperlambat atau bahkan berhenti
sebentar, lalu cepat lagi.
Kecepatan
membaca sebenarnya tergantung pada tujuan membaca. Sutrisno menyatakan
bahwa ada kebiasaan yang kurang baik yang sering dilakukan sampai dewasa ketika
membaca yaitu:
a.
Vokalisasi. Membaca dengan bersuara sangat memperlambat membaca karena
mengucapkan kata demi kata dengan lengkap.
b.
Gerakan Bibir. Menggerakkan bibir sewaktu membaca, sekalipun tidak mengeluarkan
suara, sama lambatnya dengan membaca bersama. Kecepatan membaca bersuara
ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca diam.
c. Menunjuk dengan Jari. Untuk menunjuk agar tidak ada
kata-kata yang terlewati maka kita melakukan dengan bantuan jari atau pensil
menunjuk kata demi kata. Cara tersebut sebenarnya harus kita tinggalkan
karena tidak memberi kepercayaan kepada mata dan otak.
d. Regresi atau Mengulang. Kebiasaan selalu kembali ke belakang untuk melihat kata yang baru dibaca itu menghambat serius dalam membaca.
d. Regresi atau Mengulang. Kebiasaan selalu kembali ke belakang untuk melihat kata yang baru dibaca itu menghambat serius dalam membaca.
e. Gerakan Kepala. Semasa anak-anak penglihatan kita
memang masih sulit menguasai seluruh penampang bacaan, akibatnya kita
menggerakkan kepala dari kiri ke kanan untuk dapat membaca baris-baris bacaan
secara lengkap. Setelah dewasa, penglihatan kita telah mampu
secara optimal sehingga cukup mata saja yang bergerak.
Ada
dua kelompok besar faktor yang mempengaruhi minat membaca anak, yaitu faktor
personal dan faktor institusional. Faktor personal adalah yang ada dalam
diri anak, yaitu meliputi usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan membaca,
sikap dan kebutuhan psikologis. Sedangkan faktor institusional adalah
faktor-faktor diluar diri anak, yaitu meliputi ketersediaan jumlah buku-buku
bacaan dan jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi orang tua dan latar
belakang etnis, kemudian pengaruh orang tua, guru dan teman sebaya anak.
Ada
banyak kiat yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat baca siswa, antara
lain:
a. Memperkenalkan buku-buku. Cara ini dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran maupun guru perpustakaan. Buku yang diperkenalkan dapat berupa fiksi dan nonfiksi.
b. Memperkenalkan hasil karya sastrawan. Sastrawan tenar di Indonesia banyak sekali, misalnya, Umar Kayam, Y.B. Mangun Wijaya, Rendra, Taufik Ismail dan lain-lain.
c. Pameran buku, biasanya dapat dilaksanakan dengan bekerja sama antara toko buku atau penerbit.
d. Majalah dinding hingga dewasa ini masih merupakan media sederhana untuk berekspresi, berkreasi, dan bereksplorasi. Majalah dinding dapat menjadi media kelas dan sekolah.
a. Memperkenalkan buku-buku. Cara ini dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran maupun guru perpustakaan. Buku yang diperkenalkan dapat berupa fiksi dan nonfiksi.
b. Memperkenalkan hasil karya sastrawan. Sastrawan tenar di Indonesia banyak sekali, misalnya, Umar Kayam, Y.B. Mangun Wijaya, Rendra, Taufik Ismail dan lain-lain.
c. Pameran buku, biasanya dapat dilaksanakan dengan bekerja sama antara toko buku atau penerbit.
d. Majalah dinding hingga dewasa ini masih merupakan media sederhana untuk berekspresi, berkreasi, dan bereksplorasi. Majalah dinding dapat menjadi media kelas dan sekolah.
Membaca
adalah sebuah keharusan bila kita ingin menguasai dunia. Dengan membaca,
pandangan kita menjadi lebih terbuka terhadap hal-hal baru yang tidak kita
ketahui sebelumnya. Bila sebelumnya membaca identik dengan buku, maka di jaman
yang serba digital ini membaca tidak hanya terpaku pada membaca buku karena
segala informasi terkini telah tersedia di dunia maya.
Ø
Metode Pembelajaran Membaca
Dalam
pembelajaran membaca terdapat beberapa teori dan metode yang muncul dan
berkembang. Masing-masing memiliki sisi kelebihan dan kekurangannya, Diantara
Metode tersebut adalah:
·
Metode Harfiyyah
Guru
memulai pelajaran dengan mengajarkan huruf hija’iyyah atau abjad satu
persatu. Murid pun lambat dalam membaca, karena siswa cenderung membaca huruf
per huruf daripada membaca kesatuan kata.
·
Metode Sautiyyah
Dalam
metode sautiyyah huruf diajarkan
kepada siswa sebagai. Urutan pengajaran ini dimulai dengan mengajarkan huruf
berharkat fathah seperti dan
seterusnya, kemudian huruf berharkat dhammmah, selanjutnya huruf berharkat
kasrah dan sukun. Setelah itu lalu beralih ke pelajaran huruf berharkat
fathatani tanwan. Setelah itu lalu beralih ke pelajaran
Diantara
kelebihan metode ini adalah mengajarkan huruf dengan bunyinya bukan dengan
namanya. Namun, demikian ada juga kekurangannya diantaranya bahwa metode ini
terkadang menghambat kelancaran atau kecepatan membaca siswa, karena siswa
terbisa membaca huruf hijaiyyah.
·
Metode Suku kata
Dalam
metode ini siswa terlebih dahulu belajar suku kata, kemudian mempelajari kata
yang tersusun dari suku kata tersebut. Untuk mengajarkan suku kata harus
didahului oleh pembelajaran huruf mad.
·
Metode Kata
Metode
kata ini memunyai landasan psikologis yang mengasumsikan bahwa siswa mengetahui
hal-hal yang umum dulu., kemudian berkembang mengetahui bagian-bagian dari yang
umum itu.
Dalam mengimplementasikan metode ini, guru memulai dengan
menampilkan sebuah kata disertai dengan gambar yang sesuai jika kata itu
mungkin digambar, kemudian guru mengucapkan kata itu beberapa kali dan diikuti
siswa. Langkah
selanjutnya guru menampilkan kata tadi tanpa disertai gambar untuk dikenali dan
dibaca oleh siswa. Setelah siswa mampu membaca kata tersebut, baru kemudian
guru menganalisa dan mengurai huruf-huruf yang terkandung dalam kata tadi.
Metode
kata ini memiliki beberapa kelebihan
§
Sejalan dengan landasan psikologis pengetahuan
visual manusia yang dimulai dari hal-hal umum
§
Membiasakan siswa berlatih membaca cepat
§
Siswa memulai membaca satuan kata yang
mempunyai arti
Metode
ini mempunyai kekurangan
§
Terkadang siswa lebih terfokus pada gambar
daripada kata yang diajarkan
§
Terkadang siswa hanya menebak dan mengira kata
berdasarkan gambar, bukan membaca yang sesungguhnya.
§
Jika
kata yang diajarkan bentuknya sangat mirip, siswa terkadang mengacaukannya.
·
Metode Kalimat
Prosedur
pembelajaran membaca dengan metode ini adalah dengan cara guru pertama kali
menampilkan sebuah kalimat pendek di kartu atau di papan tulis, kemudian
membaca kalimat tersebut beberapa kali dan diikuti oleh siswa.
Ø Macam-macam
Qira’ah
·
Membaca Intensif
Membaca
intensif adalah model membaca yang digunakan sebagai sarana pengajaran kosakata
baru atau struktur baru.
·
Membaca dalam hati
Membaca
dalam hati adalah membaca yang biasa
dilakukan hanya dengan menggunakan mata tanpa bunyi, bisikan, atau gerakan
bibir.
Tujuan
utama dari membaca dalam hati adalah penguasaan
Kecepatan
membaca dapat terwujud apabila:
1.
Meluaskan jangkauan pandangan
2.
Menhindari pengulangan pandangan
3.
Mengurangi kelambanan pandangan
4.
Mengurangi macetnya pandangan
Dalam
mempraktekan membaca dalam hati di ruang kelas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan
1.
Hindarkan siswa bersuara walaupun hanya bisikan
di saat membaca
2.
Hindarkan siswa dari kebiasaan menggerakan
bibir saat membaca
3.
Guru hendaknya menentukan batasan waktu yang
sesuai untuk setiap jenis bacaan
4.
Sertakan beberapa pertanyaan untuk mengukur
tingkat penguasaan dan pemahaman siswa
5.
Biasakan siswa membaca cepat dan tepat waktu
·
Membaca nyaring
Tujuan
dari membaca nyaring:
1.
Menguji kemampuan pengucapan siswa dan membetulkanya jika salah.
2.
Menguji kemampuan ritme dan intonasi siswa
3.
Menguji kemampuan intonasi siswa
4.
Menguji kemampuan tanda baca siswa
5.
Menuji tingkat pemahaman siswa
6.
Memuaskan keinginan siswa
7.
Membaca nyaring membantu siswa terbisa berbicara di hadapan orang banyak \
Dalam
mempraktekan membaca nyaring harus diperhatikan hal berikut:
1.
Mendahulukan siswa yang paling baik bacaannya
2.
Meminta siswa membaca sambil berdiri
3.
Melibatkan semua siswa dalam mengoreksi kesalahan
4.
Tidak menugaskan satu siswa membaca teks secar keseluruhan
5.
Jangan menghabiskan waktu hanya untuk membaca nyaring
6.
Membaca nyaring sebaiknya dilakukan setelah membaca dalam hati
7.
Mengadakan variasi seperti mengadakan unsure perlombaan
Kelebihan
dan kekurangan Membaca nyaring
1.
Membaca nyaring membutuhkan tenaga lebih banyak dari membaca dalam hati
2.
Tingkat pemahaman yang diperoleh lebih rendah
3.
Yang paling popular dalah membaca dalam hati
4.
Membaca nyaring menimbulkan kegaduhan
KESIMPULAN
Jadi
dalam metode qiro’ah ini kita lebih memperhatikan cara atau metode bagaimana
peserta didik mudah dalam memahami apa yang telah kita jelaskan, dan kita
sebagai guru harus mencoba dan mencari metode-metode baru yang bisa membuat
mereka lebih cepat paham. Kalau semenjak dini kita sudah mengajari mereka cara
membaca yang cepat dan benar maka dengan sendirinya mereka akan selalu membaca.
Jika ini
sudah terjadi maka bangsa kita akan maju karena bangsa majau yaitu bangsa yang
banyak membaca. Mereka akan membaca dalam setiap kesempatan contohnya terlihat
tidak hanya dalam perpustakaan umum dan peribadi tetapi juga di stasiun, di
kereta, dan dalam perjalananpun mereka membaca.
PENUTUP
Demikian
makalah Thoriqotul Qiro’ah ini yang
dapat pemakalah sajikan. Namun, pemakalah juga menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
konstruktif sangat pemakalah harapan demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca yang budiman.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar